Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Konseling, Doa dan Ibadah Bersama Keluarga Korban KM Sinar Bangun di Tigaras

Konseling, Doa dan Ibadah Bersama Keluarga Korban KM Sinar Bangun di Tigaras.
BeritaSimalungun, Tigaras-Hari ini hati sangat terdorong untuk berangkat ke Tigaras, Kabupaten Simalungun bertemu langsung dengan keluarga korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun, Senin 18 Juni 2018 lalu. Kalaupun tidak ada keluarga yang ku kenal, tapi hati ini ingin mendengar jeritan hati mereka dengan peristiwa itu, dan mendoakan dan mendampingi mereka saat mereka berduka karena kehilangan. 

Ada yang kehilangan suami, isteri, anak nya laki-laki, anaknya perempuan, cucunya, mertuanya, pamanya, dll. Sesampai di Pantai Tigaras, saya dengan Pdt Defri Judika Purba langsung ke TKP. Sebentar keliling dan melihat semua orang yang sedih dan bingung sambil menatap Danau Toba yang kini airnya sudah tenang dan tidak sedikit pun ada gelombang. Mereka berharap akan ditemukannya jasad dari keluarganya.

Sebentar saya keliling mengobservasi keadaan dan situasi setiap posko, perlahan ku langkahkan kaki ku memasuki satu tenda, pintu ke dua pintu masuk Pelabuhan Tigaras. Aku menyapa mereka dengan berkata Horas dan memperkenalkan diri. 

Aku tidak menyangka mereka begitu terbuka dan butuh orang yang mendampingi untuk tempat mereka cerita. Seorang ibu yang Boru Siagian dan seorang lagi boru Sijabat Jemaat HKBP, aku konseling bersamaan. 

Dia berkata, sudah 11 hari mereka menanti suaminya, di posko itu. Dia menangis, sepuasnya karena kalau dirumah tidak bisa dia menangis karena borunya hamil tua mau lahiran, takut terjadi apa apa. 

Dia sakit oestoporosis juga kejepit tulang saraf tulang belakang, selama ini hanya suaminya yang jadi tulang punggung. Dia berkata seandainya pun dia tidak hidup lagi dan tidak kembali paling sedikit jasad nya saja ku temukan. 

Jika cucuku dan anakku nanti nanya dimana kuburan bapak, apalah jawabku inang pendeta. Aku juga trauma lihat air Danau Toba dan kapal yang lewat yang kubayangkan adalah tenggelam. 

Lalu aku konfrontasi dengan perasaaannya, lalu aku pegang tangannya dan kutuntun ayoo aku bawa ke pinggir Danau Toba dan lihat air ini. Karena sampai kapanpun inang pasti harus melewati air dan naik kapal. 

Kami berjalan bersama ke pantai itu menatap arah jatuhnya kapal Sinar Bangun. Lihat... Inang, ini air, itu kapal, lawan perasaanmu. Pendek cerita, ku ajak lagi kembali ke posko itu, lalu saat menuju ke posko dia bilang, inang pendeta... Ayolah inang bawa doa dulu buat kami inang. 

Aku terenyuh saat dia yang usulkan aku pimpin doa. Selama berdoa, dia terisak isak dan aku tidak tahan juga menahan derai air mataku. Selesai berdoa, ku biarkan sejenak dia menangis lalu aku peluk inang ini.

Saat itu dia bilang, makasih dan disini juga di posko ini ada yang selamat dari kapal itu, itulah photo yang ada anak lelaki yang selamat karena tahu berenang. Selamat by kapal fery dan satu lagi kapal kayu. Aku berkata pada mereka engkau telah diberi Tuhan kesempatan hidup.

Hiduplah sesuai kehendakNya, dan bla...bla..bla.... , aku permisi sejenak menunggu kawan Pedeta datang dari Raya untuk ibadah dan doa bersama korban. Selanjutnya kami ibadah bersama, dan Nats yang saya bawakan adalah Yesus meredakan angin ribut/badai yang besar Matius 8: 23-27. 

Badai kehidupan yang tiba tiba terjadi seperti pengalaman murid Yesus membuat shock dan takut yang luar biasa. Hanya Yesus yang dapat meredakan badai kehidupan dengan berkata"Tenanglah" Biarlah Yesus memberi ketenangan seperti tenangnya air Danau Toba saat ini saat mereka tidak  tenang. Selesai ibadah kami pulang bersama. Semoga pelayanan yang kecil yang kami mulai dari hati menyentuh hati mereka keluarga korban. Salam Diakonia. (Pdt Renny Damanik)
Pdt Defri Judika Purba, Bupati Simalungun JR Saragih, Pdt Renny Damanik.








Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments