Info Terkini

10/recent/ticker-posts

“Jeritan Hati Warga Jemaat GKPS dari Pesisir Danau Toba”

Parialus Saragih, Tiga Tahun Lumpuh Tak Dapat Pelayanan Kesehatan
Parialus Saragih Sidauruk, warga Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pematangsilimakuta, Kabupaten Simalungun yang sudah tiga tahun sakit dan lumpuh. Foto diambil Rabu, 9 Mei 2018. (Foto : St Radesman Saragih)
BeritaSimalungun, Hutaimbaru-“Songondia do au on, Ambia. Sahit hon lalap lang malum !!!???”. (Gimana saya ini. Penyakit saya nggak sembuh-sembuh). Itulah sepatah kata yang tercetus dari Bapak Parialus Saragih Sidauruk (70), warga Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pematangsilimakuta, Kabupaten Simalungun,Sumatera Utara ketika ditemui di rumahnya, Rabu, 9 Mei 2018.

Dangan nada suara memelas sembari menahan sakit, Parialus yang sudah terbaring karena lupuh lebih tiga tahun terakhir berusaha duduk. Parialus puna berbicara terbata-bata mengenai penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh.

Dia hanya bisa pasrah terbaring siang malam di tempat tidur khusus di bagian dapur rumahnya menjalani hari-hari tanpa ada lagi pengobatan. Parialus pun tak bisa banyak berkata-kata karena kondisi kesehatannya masih memprihatinkan.

Sementara isterinya yang merawatnya sejak mengalami lumpuh tiga tahun lalu sudah meninggal dunia tahun 2017. Saat ini Parialus hanya dirawat anaknya, Jelis (30) yang tidak bisa berjalan karena kedua kakinya cacat sejak kecil.

“Mintalah sebatang rokok dulu. Rokok apa pun jadilah,”kata Parialus mengakhiri percakapan singkat dengan penulis.

Tidak Berobat

Sementara itu Jelis yang setia merawat ayahnya mengatakan, setelah ibundanya meninggal tahun lalu, ayahnya tidak pernah lagi dibawa berobat. Sedangkan kakak Jelis tinggal jauh di Pekanbaru, Riau. Seorang kakak laki-laki Jelis yang tinggal bersama di rumah mereka lebih banyak mengurus keluarga dengan anak yang masih kecil-kecil.
Jelis Saragih Sidauruk (30) yang setia merawat ayahnya Parialus Saragih Sidauruk kendati kondisinya juga memprihatinkan karena mengalami cacat atau kaki lumpuh sejak usia lima tahun. Foto diambil Rabu, 9 Mei 2018. (Foto : St Radesman Saragih)
“Jadi saya lah yang merawat ayah. Memasak nasi, memberi makan dan berbagai keperluan ayah terpaksa saya lakukan sendiri, kendati saya pun tidak bisa berjalan,”keluhnya.

Jelis mengatakan, Dia pun sering menguatkan hati ayahnya supaya menerima keadaannya dan tak lupa berserah kepada Tuhan.

 “Saya sering bilang sama ayah agar pasrah menerima keadaannya yang sakit. Saya bilang agar ayah berserah pada Tuhan karena tak ada lagi orang yang bisa membawanya berobat karena ibu kami sudah tiada,”katanya.

Jelis mengakui, pihak kepala desa, dinas kesehatan, puskesmas dan pihak gereja jarang mengunjungi ayahnya yang sudah hampir tiga tahun terbaring di tempat tidur.

Jelis juga mengatakan bahwa ayahnya hingga kini tidak masuk program Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesmasda) dan tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN - KIS).

“Saya juga tidak tahu persis kenapa tidak ada perhatian dinas kesehatan, pemerintah desa dan pihak gereja mengurus JKN – KIS ayah. Kalau saya tidak bisa mengurusnya. Saya tidak bisa kemana mana karena kondisi kaki saya yang cacat,”katanya.

Kondisi demikian membuat Jelis juga hanya bisa pasrah saja melihat kondisi ayahnya. Dia begitu setia menemani dan merawat ayahnya.

 “Gimana lagi dibikin, Bang. Sudah begini keadaan yang menimpa kami. Ya, diterima aja. Belanja saya dan ayah sehari-hari, kakak perempuan saya yang tinggal di Pekanbaru yang ngirim setiap bulan. Pengurusan karu JKN –KIS juga tak ada yang peduli,”katanya.

Menurut pengamatan Jelis, ayahnya lumpuh bukan karena penyakit stroke. Masalahnya walau pun kaki dan tangannya lumpuh, tapi sensorik atau respon kaki dan tangannya terhadap sentuhan masih ada.

“Ayah saya masih merasa sakit ketika saya mengurut tangan dan kakinya yang lumpuh. Berarti syarafnya masih berfungsi. Kalau stroke, tentunya syaraf kaki dan tangannya tidak berfungsi dan  pasti terasa kebas,”katanya.

Kartu Sehat

Sementara itu, St B Manihuruk, mantan Pengantar Jemaat (Ketua Majelis Jemaat) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Hutaimbari mengatakan, Parialus yang sudah lumpuh tiga tahun tidak pernah lagi dibawa berobat menyusul kepergian isterinya untuk selamanya.

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun atau pihak Rumah Sakit Bethesda GKPS Seribudolok juga tak pernah melakukan aksi pelayanan kesehatan ke desa itu. Kondisi tersebut membuat Parialus tak pernah mendapat pelayanan kesehatan dari pemerintah maupun GKPS.

“Kalau kami di kampung ini diharapkan membawa Parialus berobat ke rumah sakit, kemampuan kami terbatas. Baik dari segi keuangan maupun tenaga,”katanya.

St B Manihuruk menjelaskan, Parialus tidak mendapatkan pelayanan kesehatan melalui Jamkesamda   maupun JKN – KIS karena pihak keluarga Parialus tidak pernah hadir pada pertemuan desa mengenai pelayanan kesehatan. Ketidak-hadiran tersebut disebabkan tidak ada anggota keluarganya yang mewakili.

 “Ketentuannya mungkin seperti itu. Warga desa yang masuk program Jamkesmasda maupun JKN – KIS harus datang pada pertemuan desa. Saya sudah mendapatkan kartu JKN – KIS karena selalu ikut pertemuan desa mengenai program pelayanan kesehatan tersebut,”paparnya.

Jemput Bola

Secara terpisah, Sy Rosenman Saragih, warga GKPS Jambi asal Desa Hutaimbaru mengaku prihatin melihat kondisi Parialus yang saat ini mengalami kondisi sakit parah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.


Sedihnya,lanjut Sy Rosenman, Bapa Parialus sudah bertahun-tahun sakit lumpuh,namun tidak ada yang membawanya berobat ke dokter. Selama ini Parialus hanya berobat alternatif. Sampai sekarang pun, Parialus tidak pernah menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.

 “Saya sangat prihatin melihat kondisi Bapak Parialus dan Isterinya yang sama-sama lumpuh ketika saya pulang kampung  dua tahun lalu. Saat itu saya diminta mendoakan mereka berdua. Ternyata tahun lalu, isteri Bapa Parialus meninggal dan kini tak ada lagi yang mengurus Bapak Parialus,”katanya.

Menurut Sy Rosenman, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dan Yayasan Kesehatan GKPS (Rumah Sakit Bethesda GKPS Seribudolok maupun Rumah Sakit GKPS Pematangraya) perlu melakukan jemput bola datang ke Desa Hutaimbaru memeriksa kesehatan Bapak Parialus.

 “Kalau Bapak Parialus tidak bisa lagi disembuhkan, minimal Dia dapat pemeriksaan kesehatan berkala, bantuan obat-obatan dan bantuan  asupan tambahan makanan gizi. Nah, tugas ini bisa dilakukan melalui aksi pelayanan gratis Yayasan Kesehatan GKPS di Desa Hutaimbaru dan desa sekitarnya di GKPS Resort Tongging. Aksi pelayanan kesehatan gratis ini tentunya sangat tepat dilakukan mengisik Tahun Diakonia GKPS 2018,”katanya. (St Radesman Saragih)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments