Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Tragedi Maut di Aek Napogos Nagori Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun

 Walikota Siantar Melayat ke Rumah Duka



[FOTO: IST]
MELAYAT – Walikota Siantar Hulman Sitorus, melayat ke rumah korban kecelakaan maut.
Walikota Siantar Hulman Sitorus SE didampingi Wakil Walikota Drs Koni Ismail Siregar dan Sekda Donver Panggabean, serta seluruh SKPD, asisten, Kadis, kaban, kakan, kabag, camat dan lurah melayat ke rumah duka korban kecelakaan maut.

Kecelakaan yang menewaskan 7 siswi SMA Kota Siantar di kawasan Pondok Bulu, Kecamatan Dolog Panribuan, Simalungun, Kamis (28/2) petang itu dinilai membuat Siantar berduka. Walikota beserta rombongan, Jumat pagi (1/3) sekitar pukul 08.00 WIB, langsung turun melayat ke 6 rumah duka, siswa calon anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) asal Siantar itu.

Walikota melayat dimulai dari rumah duka keluarga Nabila di Karang Sari Permai, selanjutnya melayat ke rumah keluarga Junaidah Lubis jalan Kiyai 1, berukutnya ke rumah keluarga duka Ananda Anisah Roza, Jalan SM Raja Gang Mutaqin dan rumah keluarga duka Gusty Ayu Anggraeni yang mana korban keempat ini adalah Siswi SMA 4 Siantar.

Setelah  mengunjungi 4 rumah keluarga yang berduka, Walikota Siantar melanjutkan perjalannannya mengunjungi rumah keluarga Okpri Br Simalango dan Masniari Br Panggabean Keduanya siswi  SMAN 1 Siantar.

Dalam kunjungan tersebut, Walikota bersama rombongan menyapa dan menyalami keluarga yang berduka. Seraya menyampaikan kepada keluarga korban kecelakaan bus tersebut agar sabar dan tabah menghadapi cobaan ini.

“Ini semua cobaan dan kehendak dari Tuhan Yang Maha Esa. Nggak ada yang ingin seperti ini terjadi, kita manusia tidak bisa menolak takdir,” ujar Walikota yang terlihat meneteskan air mata setiap mengunjungi rumah keluarga.

Selain itu, Walikota menyampaikan, anak-anak yang telah dipanggil ini adalah anak-anak yang terbaik di sekolah masing-masing, karena anak-anak ini adalah anak yang terpilih menjadi anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) asal Siantar.

“Namun apa daya, Tuhan mengkehendaki anak-anak kita ini lebih dulu menghadap kepada-Nya. Untuk itu, saya mengharapkan kepada keluarga yang ditinggalkan agar terus mendoakan anak kita ini, kami juga akan terus berdoa agar anak kita dapat diterima dan ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Kepada warga Kota Siantar mari kita bersama-sama berdoa untuk anak- anak kita ini,” ajak Walikota.

Dikabarkan Tewas, Ternyata Supir Masih Hidup


[Foto: Pra Evasi]
Tellen Simangunsong.
SIMALUNGUN – Supir bus Koperasi Diori BB 7663 EA yang masuk jurang ternyata masih hidup. Supir bernama Tellen Simangunsong (50) itu ditangkap, Jumat (1/3) pukul 14.00 WIB di Jalan Umum Tanah Jawa. Sebelumnya sempat tersiar kabar bahwa salah satu korban yang tewas, Humisar Marpaung, disebut sebagai supir.

“Setelah kejadian kemarin, kita mendapat informasi dan melakukan pemeriksaan terhadap saksi. Disebutkan bahwa Humisar Marpaung yang korban tewas bukanlah supir. Itu sebabnya kita melakukan penyelidikan,” ujar Kapolres Simalungun AKBP Andi S Taufik.

Dari hasil penyelidikan polisi, Tellen Simangunsong sedang di perjalanan dari Tanah Jawa menuju Siantar. Pihak kepolisian langsung melakukan pengamanan tepatnya di wilayah Marihat, Kecamatan Siantar. Dia langsung digiring ke kantor Lantas Polres Simalungun Jalan Asahan.

Kapolres menambahkan, dalam bus tersebut Tellen Simangunsong merupakan supir, sementara Humisar Marpaung hanya rekannya dan posisinya duduk berada di tengah. Namun saat kejadian, Humisar Marpaung ditemukan tewas di lokasi, sementara Tellen Simangunsong tidak berada di lokasi.

“Tellen Simangusong masih dalam perawatan karena mengalami luka-luka. Namun tidak tergolong berat. Atas kelalaiannya, Tellen dijerat pasal 310 ayat 4 Jo pasal 106 ayat 1 nomor 22 Tahun 2009  tentang lalu lintas dan angkutan jalan dengan ancaman hukuman penjara 6 tahun,” tegas Kapolres.

Tellen Simangunsong saat ditemui METRO dalam kondisi masih diinfus mengakui bahwa dia adalah supir sebenarnya. Humisar Marpaung hanya rekannya saja yang ikut dari Siantar.  “Semalam aku sudah melarangnya untuk ikut. Tapi dia terus memaksa dan datang ke terminal,” kata Tellen terbata-bata.

Tellen menceritakan, mereka berangkat dari Siantar sekitar pukul 16.00 WIB, cuaca sedang gerimis. Di perjalanan, kondisi perseneling masih bagus termasuk remnya. Ketika berada di TKP yang jalannya menurun dan tikungan, perseneling di posisi 2, dia berusaha menggantikan ke posisi 1, namun tidak berhasil. Justru perseneling beralih ke posisi netral sehingga menambah kecepatan saat turunan.

Atas kondisi tersebut, pria 4 orang anak ini mengaku gagap dan binggung mengendalikan mobilnya. Selanjutnya bus itu menabrak tembok jembatan hingga terjun ke jurang dan masuk ke sungai. Dia menceritakan, saat itu dia hanya berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri. Setelah berhasil, dia berjalan menyusuri jalur sungai, karena tidak mampu lagi menyelamatkan para pelajar yang terjebak dalam bus.

Setelah berhasil menemukan jalan besar, Tellen menumpang bus menuju Siantar dan pergi ke bidan di Siantar, untuk mendapatkan perawatan atas luka-luka di bagian kaki dagu dan tangannya.

“Setelah itu aku pergi lagi ke Tanah Jawa tempat family untuk berkusuk. Saat itu keluarga sudah menyuruh supaya cepat pergi ke kantor polisi. Tapi saya masih merasa kesakitan,” aku warga Jalan Bah Biak, Kelurahan Sigulang-gulang, Kecamatan Siantar Utara ini.

Tellen menjelaskan, bus Koperasi Diori itu keluaran tahun 1990 dan merupakan miliknya. Akan tetapi, dia baru dua kali melintas dari lokasi kejadian, sehingga belum hafal medan jalan. Dia mengaku tidak mengetahui berapa sebenarnya jumlah penumpang atau siswa.

Sebab pada saat berangkat, dia hanya mengikuti petunjuk dari panitia. “Kalau jumlah penumpang di dalam bus Koperasi Diori itu biasanya sebanyak 28-30 orang,” katanya.

Dia mengakui, pihak panitia menyewa busnya Rp750 ribu untuk mengantar rombongan dan tiga hari kemudian menjemputnya. Hingga saat ini, Tellen Simangunsong masih dirawat di Puskesmas Asrama Polisi dan dijaga petugas.

Jumlah Penumpang Tak Bisa Dipastikan

Saat ditanya berapa sebenarnya jumlah penumpang dalam bus tersebut, Kapolres Simalungun AKBP Andi S Taufik SIK mengatakan, belum ada pihak yang bisa memastikan berapa jumah penumpang yang terjun tersebut.

“Kami sudah mencari informasi, tapi tidak ada pihak yang memberikan keterangan yang pasti. Akan tetapi, saat ini jumlah korban yang meninggal sebanyak 7 orang. Enam korban merupakan pelajar siswa SMA Siantar,” ujar Kapolres.

Sementara itu, jumlah penumpang yang mengalami luka berat 3 orang dan luka ringan 14 orang. Sehingga total penumpang termasuk supir di dalam bus tersebut sebanyak 24 orang. Kapolres Simalungun kembali menegaskan, dalam mengevakusi mobil tersebut, pihaknya juga melakukan pencarian di sekitar lokasi untuk memastikan apakah masih ada korban yang belum ditemukan.

Namun hingga berita ini diturunkan, tidak ada korban baru ditemukan. Pihak kepolisian juga tidak menerima informasi dari masyarakat yang  menyatakan anggota keluarganya belum ditemukan.
“Apabila memang ada masyarakat yang anggota keluarganya tidak ditemukan, segera melapor ke polisi. Agar secepatnya dilakukan pencarian,” tambahnya.

David Tambunan, PNS di Pemko Siantar yang bertindak sebagai ketua rombongan menerangkan, jumlah SMA yang tergabung dalam paskibra sebanyak 300 orang. Karena jumlahnya banyak, mereka menyewa beberapa bus dan salah satunya Koperasi Diori. Dia juga mengatakan, tidak bisa memastikan jumlah penumpang Koperasi Diori, karena saat itu sudah sore.

“Tidak bisa saya pastikan, karena itu rombongan terakhir,” ujarnya saat ditemui di RS Vita Insani.
Dia mengaku saat itu duduk di sebelah supir dan tidak menyangka bisa selamat. Sebab saat itu dia juga terjebak dalam bus. Namun karena berusaha sekuat kuatnya, akhirnya bisa keluar dari dalam sungai termasuk seorang rekannya bernama Harmoko Sidabutar (23) yang juga duduk di sampingnya.

“Kami berupaya sekerasnya keluar bus. Walaupun bagian dada saya terasa sakit. Tapi terpaksa harus ditahankan,” katanya. Hal yang sama disampaikan Harmoko Sidabutar. Dia juga berhasil keluar dari sungai berkat bantuan David.

“Ketika itu aku kurang tenaga, untunglah David Bantu aku keluar,” katanya. Pria yang bekerja sebagai teknisi listrik di FKIP Nommensen ini, mengalami patah tulang di tangan kirinya serta luka di bagian dahi. 

“Kau Cari Aku Untuk Pamitan Selamanya”



Korban dan teman-temannya semasa hidup.
Sebelum dijemput maut, Jumaidah Safitri (16) korban Bus Koperasi Diori BB 7663 EA, sempat berpamitan kepada orangtua dan sahabatnya. Ditemui METRO di rumah duka di Jalan Kiai I, Kecamatan Siantar Barat yang telah dipenuhi warga dan siswa SMA 4, orangtua korban Arman Lubis kepada METRO mengatakan, sebelum berangkat, putrinya sempat berpamitan. Namun ada yang berbeda pamit putrinya kali ini.

”Biasanya dia berpamitan hanya melalui SMS (pesan singkat) atau telepon. Tapi kali ini, dia menjumpai saya. Dia cium tangan saya dan mengucapkan kata-kata pamit dengan lembut,” ujar ayah Jumaidah dengan nada lemas.

Arman juga mengaku mengetahui putrinya sudah tidak benyawa lagi, setelah mencari tahu sendiri ke kamar jenazah RS Djasamen Saragih yang sudah dipenuhi warga dan keluarga korban lainnya.
”Kutanya sama kakaknya, tapi kakaknya bilang dia (korban) selamat dari musibah itu.

Karena penasaran, kulihat ke rumah sakit langsung. Di depan pintu ruag IGD terlihat sepi. Tapi setelah kulihat ke kamar mayat, sudah ramai orang. Aku langsung terobos masuk ke adalam ruangan. Kulihat, ternyata anakku salah satu dari mayat-mayat yang ada di sana,” ujarnya.

Terpisah, sahabat korban Dinayu Maghfira (16), kepada METRO mengatakan, sebelum berangkat untuk mengikuti latihan paskibra di Balai Diklat, korban yang dikenal ceria sempat berpamitan dengan mengirim pesan singkat.

”Aku pergi ya Din, I Love You,” ujar Dinayu membaca pesan singkat yang dikirim korban. Karena korban juga dikenal jahil dan suka bercanda, Dinayu membalasnya dengan kata-kata yang terkesan tidak mau tahu. ”Karena dia suka jahil sama teman, aku bilang silahakan pergi dengan senang hati. Dan itu memang ciri kas kami jika ada teman yang iseng dan bercanda Bang,” ujarnya sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Ternyata, di balik beberapa pesan singkat yang dikirim korban sebelum berangkat, ada satu pesan yang disampaikan untuk teman-temannya melalui Dinayu. ”Jangan rindukan aku ya teman. Tapi jika rindu kalian tidak terbendung lagi, datang sesekali ke rumah permanenku,” ujarnya membaca pesan yang diterima tertanggal 28 Februari atau sehari sebelum musibah itu.

Aisa Arfani, teman satu sekolah yang juga sahabat sekaligus orang yang sering dijahili korban mengatakan, beberapa hari terakhir sebelum musibah itu, korban memang terlihat lain dari yang biasanya. Selain terlihat pendiam, korban juga ramah dan sering melemparkan senyum manisnya ke teman-teman bahkan orang yang belum dikenalnya.

”Ternyata sifatnya yang berbeda selama ini merupakan bentuk pamitan buat kami, kususnya aku. Aku rindu kejahilannya Bang. tidak ada teman yang seceria dia. Sekolah kami sangat kehilangan sosok teman seperti dia,” ujar Aisa Arfani yang sejak pertama datang terlihat menangis di pelukan teman-temannya.
Sekitar pukul 13.00 WIB, jenazah Jumaidah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Bali, setelah sebelumnya disalatkan di Masjid Da’wa Jalan Kiai. 

Sungai Itu Bernama Aek Napogos

Lokasi terjadinya kecelakaan maut di Nagori Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Panribuan, Kamis (28/2) kemarin, merupakan areal Balai Diklat Latihan Kehutanan Kementerian RI. Daerah itu tidak untuk umum. Lokasi jatuhnya bus yang menewaskan anggota paskibra itu dinamai Sungai Aek Napogos.

Salah seorang warga mengatakan, banyak warga dari segala penjuru datang ke sungai itu untuk memancing. Air Aek Apogos itu mengalir sampai ke Kasindir, Tiga Dolok Kecamatan Dolok Panribuan.

Pantauan METRO di lokasi saat bus dievakuasi dari dalam jurang, tampak puluhan personel Polres Simalungun dan warga di lokasi itu. Bus berhasil dievakuasi dari jurang, sekitar pukul 15.00 WIB dan selanjutnya dibawa dengan dua mobil derek.

Kondisi bus tampak ringsek, roda belakang dan depan lepas, bodi ringsek. Tampak beberapa bagian bodi bus disatukan dengan paku-paku yang sekilas tampak berbahaya. Sementara roda belakang sudah tampak gundul, bahkan benang ban tampak sudah tidak ada.

Selain itu, kondisi jembatan juga sangat memprihatinkan dan tak layak dilalui. Tiang jembatan hanya terbuat dari kayu. Semen pada lantai jembatan juga tampak sudah bolong-bolong. 

Bus Tak Layak Pakai



[FOTO: DHEV BAKKARA]
Bus yang berhasil dievakuasi dari dalam jurang, Jumat (1/3).
Bus Koperasi Diori BB 7663 EA yang membawa rombongan anggota paskibra Kota Siantar, dinilai tidak layak pakai. Informasi yang dihimpun METRO, bus yang ditumpangi beberapa senior paskibra dan anggota paskibra yang berangkat dari Lapangan Haji Adam Malik Siantar menuju lokasi perkemahan Balai Diklat Kehutanan, Kecamatan Dolog Panribuan, itu memang sudah tampak tidak beres.

Di sepanjang perjalanan menuju lokasi perkemahan, tampak supir bus Tellen Simangunsong kesulitan ketika hendak mengoper porseneling. Hal tersebut kerap terjadi sepanjang perjalanan menuju perkemahan.

Hal tersebut sangat dirasakan oleh senior paskibra yakni Davidson Tampubolon (31), PNS warga Perumahan Meranti Udang. Davidson mengatakan, mulai dari Lapangan Haji Adam Malik sebelum terjadinya kecelakaan, dia duduk bersebelahan dengan supir. Awalnya dia tidak merasa curiga ketika supir kesulitan mengoper perseneling.

Tetapi ketika hal tersebut sering terjadi di perjalanan, dia mulai merasa ada yang aneh dengan kondisi mesin bus itu. “ Kalau mau mengoper gigi (perseneling) selalu saja menyetuh paha saya dan tampak kalau hendak mengoper, raut wajah supir kesulitan,” jelasnya Davidson.

Hal tersebut juga dirasakan Harmoko Saragih(22), warga Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Siantar Timur dan Andreas(23), warga Jalan Melanthon Siregar, Kelurahan Kebun Sayur, Kecamatan Siantar Selatan yang juga satu bus dengan David.

Dugaan sementara terjadinya kecelakaan karena perseneling bus tidak berfungsi dengan baik dan kondisi aspal yang licin. Sementara, Harmoko Saragih menambahkan, keberangkatan anggota paskibra se-Siantar memang sudah menjadi kegiatan tahunan. Bahkan, dalam kegiatan tersebut sudah dijadwalkan sedemikian rupa, mulai dari acara perlombaan hingga kepulangan anggota paskibraka.

“Tetapi ketika kecelakaan terjadi, hancur semua yang sudah direncanakan,” kata Harmoko. Amatan METRO, ketiga senior paskibra yang selamat dari kecelakaan tersebut, masih menjalani perawatan intensif di RS Vita Insani. Ketiganya dirawat dalam satu ruangan. Sementara, anggota paskibra yang lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit yang sama. 

 Garam Tanda Perpisahan

SIMALUNGUN – Jenazah Okfri Martina Simalango (15), warga Dusun Lumban Gorak, Nagori Marihat Raja, Kecamatan Dolok Panribuan salah satu korban bus maut, dikebumikan kemarin.  Okfri Martina yang masih duduk di kelas satu SMA Negeri 1 Siantar ini, dikenal rajin, dan aktif dalam kegiatan organisasi baik di sekolah maupun di gereja.

Dalam menjalani organisasi, dia tidak ada mendapat dukungan penuh dari orangtuanya. Karena orangtuanya beranggapan bahwa organisasi tersebut akan mengganggu konsentrasinya belajar.
Seminggu lalu, Okfri bersama teman-temannya baru pulang melayat.

Dari sana mereka semua langsung menuju ke gereja dan sikapnya jadi pendiam. Sebelum berangkat kemah, dia permisi dengan teman satu kosnya. Saat permisi, teman satu kosnya tidak memberikan izin, tetapi dia mengabaikan hal itu.

Setelah permisi dari temannya, dia kemudian permisi dengan kedua orangtuanya untuk mengikuti kemah yang pertama kali diikutinya. Tetapi kedua orangtuanya tidak memberikan izin, dia pun mengabaikan larangan orangtuanya.

Ditemui METRO, ayah korban Simalango (52) mengatakan, mereka sudah melarang putrinya mengikuti kegiatan tersebut. Tetapi dia selalu membantah apa yang dikatakan orang tuanya. “Begitu kami larang, wajahnya sudah murung dan hanya diam saja,” katanya.

Selama mengikuti organisasi di sekolah, itulah kali pertamanya dia ikut perkemahan dari sekolah. Dia menambahkan, kegiatan yang berlangsung di BLK sudah mengganggu kegiatan belajar. “Sejak awal mengikuti organisasi, kami dua (bersama istri) sudah tidak setuju,” katanya.

Amatan METRO, di rumah duka perkumpulan Naposo Bulung HKBP menyampaikan kata-kata penghibur kepada keluarga dan mengucapkan selamat jalan kepada korban. Seluruh teman-temannya menggenggam garam dan kemudian ditaburkan di peti peristirahatannya.

Garam tersebut sebagai tanda perpisahannya dengan temannya, supaya tidak datang ke dalam mimpi temannya. Sekira pukul 17.00 WIB jasad Okfri disemayamkan di samping rumahnya. Suara tangis semakin terdengar keras saat penutupan peti jenazah. Keluarga korban sangat terpukul akan kepergian anaknya yang paling besar itu.  

 Ucapan Duka dari Facebookers



Korban dan teman-temannya semasa hidup.
Sementara itu, beberapa alumni dari SMA Negeri 1 Siantar Jalan Parsoburan, turut prihatin dan berduka cita atas musibah yang menimpa adik-adik kelas mereka. Melalui jejaring sosial Facebook khususnya grup Alumni SMA Negeri 1 Pematangsiantar, banyak pesan ucapan duka cita yang disampaikan.

Seperti yang disampaikan salah seorang alumni SMA Negeri 1 Ruhut Hombink menuliskan pesan ‘Keluarga besar alumni Smunsa turut berduka cita atas musibah yang menimpa adik kami, semoga keluarga diberikan ketabahan. Semangat terus dan tetap eksis selalu Paskibras Smunsa’.

Sementara itu Jules Rimet Panjaitan menuliskan pesan ‘Turut berdukacita yang sedalam-dalamnya buat keluarga yang menjadi korban dalam kecelakaan bus yang terjadi kemarin. Ada suatu pandangan dan sekaligus pertanyaan saya dlm melihat peristiwa ini, pertama saya adalah mantan anggota organisasi PKS.

Saya menyadari ada kegunaan suatu organisasi karena dapat memberikan suatu wawasan dalam bersikap dan berpandangan lebih luas.  Kedua, organisasi dapat menjadi wadah dalam mengepresiasikan keahliahan seseorang, sehingga menjadi suatu celah dalam meningkatkan prestasi dan mengharumkan nama sekolah.

Namun apakah orangtua/keluarga dapat menerima begitu saja bila harus kehilangan anaknya untuk selamanya hanya karena si anak mengikuti suatu organisasi? Pada siapa mereka akan mengadukan masalah ini? Siapa yang bertanggung jawab, kepala sekolah, pembina organisasi atau organisasi tersebut?

Apa kekuatan hukum organisasi sekolah tersebut dalam perekrutan anggota, sehingga mempunyai status hukum yang diakui bila suatu kejadian terjadi? Haruskah atau baik kah jika organisai sekolah dihapuskan saja?
Polemik antara orangtua murid, sekolah/guru, organisasi sekolah (induk organisasinya) dalam menghadapi peristiwa ini dan mencegah peristiwa yang lain terjadi kemudian hari?.

Kadisdik: Ini Murni Kecelakaan

Kecelakaan maut bus rombongan anggota paskibra Kota Siantar, dinilai sebagai kecelakaan murni. Kelanjutan kecelakaan yang menewaskan enam siswa di Siantar ini akan diserahkan kepada pihak sekolah.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Siantar Setia Siagian, Jumat (1/3). “Yang kita lihat, ini adalah murni kecelakaan yang menimpa para siswa. Kita dari Pemko Siantar khususnya Disdik turut berduka atas kejadian ini,” katanya.

Dia menerangkan, kejadian ini memberikan duka mendalam bagi semua. Sementara itu Pemko Siantar melalui Disdik telah melayat ke rumah siswa yang menjadi korban dalam tragedi ini.

“Kita sudah melayat dan memberikan sedikit kata penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kegiatan Paskibra yang diikuti para siswa ini sudah terprogram. Memang mereka yang berkeinginan dan masuk menjadi anggota paskibra, sering mengikuti kegiatan ataupun program yang sudah dicanangkan,” terangnya.

Setia Siagian menambahkan, untuk kelanjutannya, Disdik telah menyerahkan ke masing-masing sekolah khususnya kepala sekolah. Nantinya, kepala sekolah yang akan menindak lanjuti apa yang akan dilakukan.
“Kelanjutan segala urusan, sudah kita serahkan kepada masing-masing sekolah. Biarlah pihak sekolah yang mencari solusi ataupun membahas bersama keluarga yang ditinggalkan,” paparnya.

Kata Kadisdik, pihaknya telah menyampaikan pesan yang menguatkan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kesedihan itu memang tidak bisa dibatasi, namun pihak Pemko Siantar berharap agar keluarga yang ditinggalkan tetap sabar. “Sebab, anak-anak itu sudah tenang dan bahagia di sana,” katanya. (Copas: MSC)

Berita Lainnya

Post a Comment

0 Comments